Pages

Gunung Kelud Pernah Sapu 10.000 Jiwa


Sejarah kegunungapian di Indonesia mencatat letusan Gunung Kelud yang berada di persimpangan wilayah Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, tak pernah kecil. Bahkan sejak tahun 1000 hingga abad 20, gunung ini telah meletus sebanyak enam kali dengan jumlah korban jiwa yang cukup besar.
Gunung Kelud Pernah Sapu 10.000 JiwaData pusat informasi di Pos Pemantauan Gunung Kelud di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, menyebutkan letusan yang terjadi pada tahun 1586 telah menewaskan sedikitnya 10.000 jiwa. Jumlah tersebut adalah terbesar dalam sejarah letusan Gunung Kelud akibat minimnya teknologi kegunungapian hingga tak bisa memberikan peringatan dini. Letusan berikutnya terjadi
secara berturut-turut pada tahun 1901, 1919, 1951, 1966, 1990, dan 2007. Dari sekian letusan tersebut, hanya letusan tahun 2007 yang tidak menimbulkan korban jiwa. Letusan tahun 1966 memakan sedikitnya 212 korban jiwa, 74 orang hilang, dan 890 luka-luka. Sedangkan letusan tahun 1990 menelan 33 korban jiwa dan 43 orang luka-luka.
Karakter letusan Kelud sendiri cukup berbahaya. Selain terjadi secara eksplosif atau ledakan dengan tenaga sangat besar, letusannya berlangsung singkat dan tidak didahului tanda-tanda visual berupa letusan awal yang beraturan. Dimulai dari letusan kecil hingga menjadi letusan besar, selang waktu antar fase letusan sangat singkat hingga akhirnya terjadi erupsi eksplosif.
Plt Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Gede Suantika mengatakan, karakter letusan Kelud mulai berubah pada tahun 2007. Jika sebelumnya pola letusan Kelud selalu eksplosif, kali ini berubah menjadi efusif dengan munculnya kubah lava dari dasar kawah. "Baru kali ini Kelud efusif," katanya.
Dalam erupsi tahun 2007 tersebut tak ada korban jiwa sama sekali. Selain karena kesiapan aparat untuk mengungsikan penduduk di kawasan rawan bencana, letusan Kelud yang tak lagi eksplosif menjadi faktor keselamatan warga. Saat ini tim PVMBG sangat berharap gunung itu akan tetap melakukan erupsi secara efusif. Meski kemungkinannya cukup kecil, setidaknya bisa menekan potensi ancaman keselamatan masyarakat.
sumber: http://www.tempo.co

0 komentar:

Posting Komentar